• Jl. Raya Karangploso KM. 4
  • 0341-491447, WhatsApp 0812-5223-3447
  • [email protected]
Logo Logo
  • Beranda
  • Profil
    • Overview
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Tugas & Fungsi
    • Pimpinan
    • Satuan Kerja
    • Sumber Daya Manusia
  • Informasi Publik
    • Portal PPID
    • Standar Layanan
      • Maklumat Layanan
      • Waktu dan Biaya Layanan
    • Prosedur Pelayanan
      • Prosedur Permohonan
      • Prosedur Pengajuan Keberatan dan Penyelesaian Sengketa
    • Regulasi
    • Agenda Kegiatan
    • Informasi Berkala
      • LHKPN
      • LHKASN
      • Rencana Strategis
      • DIPA
      • RKAKL/ POK
      • Laporan Kinerja
      • Capaian Kinerja
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Realisasi Anggaran
      • Laporan Tahunan
      • Daftar Aset/BMN
    • Informasi Serta Merta
    • Informasi Setiap Saat
      • Daftar Informasi Publik
      • Standar Operasional Prosedur
      • Daftar Informasi Dikecualikan
      • Kerjasama
  • Publikasi
    • Buku
    • Pedum/ Juknis
    • Infografis
  • Reformasi Birokrasi
    • Manajemen Perubahan
    • Deregulasi Kebijakan
    • Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
    • Penataan dan Penguatan Organisasi
    • Penataan Tata Laksana
    • Penataan Sistem Manajemen SDM
    • Penguatan Akuntabilitas
    • Penguatan Pengawasan
  • Kontak
Thumb
426 dilihat       14 November 2025

Bit Gula: Sumber Gula Potensial dari Tanaman Umbi-umbian Beriklim Sedang

Bit gula (Sugar beet), tanaman umbi-umbian dari famili Amaranthaceae yang berasal dari daerah beriklim sedang (Eropa, Amerika Utara, dan Asia Utara). Bit gula telah lama dikenal sebagai sumber utama produksi gula karena kadar sukrosanya yang sangat tinggi, mencapai 12 hingga 18%.

Karakteristik dan Kandungan Bit Gula
Tanaman ini tersusun atas akar yang membentuk umbi dan roset daun. Proses fotosintesis terjadi di daun, menghasilkan gula yang kemudian disimpan dalam akar. Umbi bit gula berbentuk silindris hingga kerucut, dengan panjang sekitar 20 - 30 cm, diameter 8 - 15 cm, dan memiliki warna krem.
Kandungan utama umbi ini meliputi 75% air, 12 - 16% gula, 5% ampas, serta berbagai mineral (fosfor, kalium, natrium) dan senyawa organik (saponin, betaine, asam amino bebas, asam bebas nitrogen).

Revolusi Bit Gula Tropis: Adaptasi di Iklim Panas
Meskipun bit gula asli membutuhkan suhu lingkungan yang cenderung lebih rendah (15 – 22oC) dan fotoperiode hari panjang (16 - 18 jam), para peneliti dunia telah mengembangkan varietas inovatif Tropical Sugar Beet (TSB).
TSB dirancang untuk beradaptasi di lingkungan tropis seperti Indonesia, India, dan Brasil. TSB menunjukkan toleransi terhadap suhu yang lebih tinggi (28 - 32oC) dan bersifat adaptif terhadap hari pendek (12 jam).

Parameter

Sugar Beet (Iklim Sedang)

Tropical Sugar Beet (TSB)

Daerah Tumbuh

Beriklim Sedang    

Daerah Tropis (Indonesia, India, Brasil)

Suhu Ideal    

15 – 22 oC    

Toleran hingga 28 – 32 oC

Ketinggian

0 – 500 mdpl    

800 – 1.500 mdpl

Umur Panen    

± 6 – 9 bulan    

± 5 – 6 bulan

Produktivitas (Akar)    

50 – 70 ton/ha    

80 – 130 ton/ha

Kadar Gula    

15 – 18%    

12 – 16%

 

Keunggulan Bit Gula Dibanding Tebu
Pengembangan bit gula memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tebu sebagai sumber gula:

  • Panen Lebih Cepat: Terutama TSB yang dapat dipanen dalam ± 5 – 6 bulan.
  • Kadar Sukrosa Lebih Tinggi: Untuk varietas non-tropis, kadar sukrosa mencapai 15 – 18%.
  • Kebutuhan Air Lebih Rendah: Membutuhkan lebih sedikit air untuk pertumbuhannya.
  • Rotasi Tanaman Lebih Fleksibel: Memberikan pilihan rotasi yang lebih baik bagi petani.
  • Jejak Karbon Lebih Rendah: Proses produksi gula dari bit umumnya memiliki jejak karbon yang lebih rendah.

Tantangan Pengembangan Bit Gula di Indonesia
Meskipun TSB menunjukkan potensi besar untuk ketahanan pangan nasional, pengembangannya di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan:

  1. Kebutuhan Lahan Dataran Tinggi: Meskipun TSB adaptif di tropis, ketinggian idealnya adalah 800 – 1.500 mdpl.
  2. Teknologi Pengolahan: Ketersediaan teknologi dan pabrik pengolahan bit gula belum banyak tersedia di Indonesia.
  3. Biaya dan Benih: Kebutuhan benih impor dan biaya awal yang lebih tinggi menjadi kendala investasi.

Namun, dengan produktivitas TSB yang mencapai 80 – 130 ton/ha dan keunggulannya dalam rotasi tanaman, bit gula tetap menjadi alternatif menjanjikan untuk diversifikasi sumber gula nasional di masa depan.

Prev Next

- BRMPTAS


Pencarian

Berita Terbaru

  • Thumb
    BRMP-TAS Raih Predikat Unit Kerja Informatif Tahun 2025
    23 Des 2025 - By BRMPTAS
  • Thumb
    BRMP Tanaman Pemanis dan Serat Gelar Refleksi Kinerja Akhir Tahun 2025
    20 Des 2025 - By BRMPTAS
  • Thumb
    Jarak Kepyar : "Tanaman Lokal Dengan Potensi Global"
    19 Des 2025 - By BRMPTAS
  • Thumb
    Realisasi Program Swasembada Pangan di Situbondo
    18 Des 2025 - By BRMPTAS
  • Thumb
    PT Musi Hutan Persada Tertarik Keunggulan Kapuk di IP2MP Muktiharjo
    11 Des 2025 - By BRMPTAS

tags

BRMPKEMENTAN BRMPPEMANIS BRMPPERKEBUNAN BRMPTAS BrMP

Kontak

0341-491447, WhatsApp 0812-5223-3447
0341-485121
[email protected]

Jl. Raya Karangploso KM 4, Kotak Pos 199,
Kepuh Utara, Kepuharjo, Kec. Karangploso,
Kab. Malang, Jawa Timur
Indonesia
65152

https://tanamanpemanis.brmp.pertanian.go.id

© 2025 - 2025 Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Pemanis dan Serat. All Right Reserved